SELAMAT DATANG DI DUNIA SAYA

Dunia saya adalah tentang apa yang saya sukai dan menyukai saya;...

Kamis, 29 Maret 2012

Kiriman Cerita Event FF Tema "Mak Comblang"

Semua cerita di bawah ini adalah hasil copas asli dari karya yang masuk dari peserta, tanpa saya ubah sedikitpun, baik EyD maupun isi.

1. Kiriman dari Anna Lulus :

a.  Cerita Pertama (tanpa judul)

"Dengar Na, kamu harus percaya dengan kata-kataku. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau Yustina kemarin diantar pulang sama Pras naik Ninja merahnya." ujar minie sambil berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkahku.

"Kamu salah lihat kali, makanya kacamatamu dipakai yang bener."

"Ya ampun Na, aku gak bohong, Yustina sama Pras!! Oh My God!! Sampai pegangan tangan segala." sergah mini lagi.

"Dengar Minie, Yustina tuh sahabat aku, kami sudah kaya saudara, kamu jangan bikin fitnah deh! Dasar tukang gosip."
Aku berkata dengan nada tinggi, lalu segera pergi menjauh meninggalkan Minie yang bengong. Aku kesal mendengar ocehan Minie yang seolah-olah menuduh Yustina. Dia seperti berusaha merusak persahabatan kami. Kupercepat langkahku di koridor, aku harus segera ke perpustakaan ada beberapa buku yang harus aku pinjam untuk bahan referensi. Tapi, saat melewati lab bahasa aku mendengar suara yang sangat aku kenal, Yustina.

"Jadi kita jadian Pras?"

"Iya Yust, kamu mau kan jadi cewekku. Aku begitu tersanjung banget sama hadiahmu kemarin. Ternyata cake strawberry buatan kamu enak banget."

Deg! Cake strawberry? Itukan cake yang aku buat dan aku suruh Yustina untuk memberikan kepada Pras sebagai ucapan rasa terimakasihku karena Pras telah menolongku sewaktu aku pingsan. Dan Yustina tahu kalau aku setengah mati jatuh cinta sama ksatria itu. Ah!

b. Cerita Ke 2


Belakangan ini aku mendapat gelar baru. Gelar yang dianugerahkan oleh teman-teman dan disematkan di belakang namaku. Anna Sang Mak Comblang, tak berlebihan, buktinya dalam dua bulan aku telah mampu menjodohkan tujuh pasangan. Aku turut berbahagia, bukan hanya karena pasangan-pasangan itu bahagia, tapi karena aku mendapat keuntungan, yaitu uang jajanku yang kian bertambah. Hanya saja yang diherankan oleh teman-teman kenapa aku sendiri sampai sekarang masih jomblo. Bagiku itu tak masalah dan aku tetap bahagia menjalani hari-hariku.

Sore itu setelah kelas usai aku duduk sendiri di bawah pohon akasia yang cukup rindang, aku masih menunggu Jay, sahabatku yang masih rapat dengan anggota kepecintaalaman yang lain. Seorang cowok sederhana bermata teduh dengan alis hitam memanjang yang membuat wajah sederhananya kian terlihat tampan datang menghampiriku. Pras nama cowok itu.

"Na, tolong cariin pacar dong" Pintanya memelas.

"Mau yang kaya apa? Ada Minie yang manis dan pinter nulis, ada Riris yang seksi, ada Yustina yang galak tapi kocak, ada Zahra yang pinter ngaji atau Ayya yang jago main qasidah" ujarku bersemangat mempromosikan teman-teman sekelasku yang nasibnya masih sama denganku, jomblo.

"Yang biasa aja deh, gak usah yang aneh-aneh." katanya pasrah dengan tampang nelangsa

"Kalau gitu sama Riris aja, dia juga lagi cowok. Ntar malam kalian ketemuan di Cafe Olala jam tujuh malam, oh ya jangan lupa bawa setangkai mawar putih buat nge-date yang pertama, Riris tuh suka mawar putih sama kaya seleraku." kataku cepat.

"Oke. Thank's Na." ujarnya sambil berlalu.

Aku menghubungi Riris. Dan Riris meng-iya-kan. Ah, terbayang dimataku uang jajanku bertambah dan itu berarti tiket konser Lady Gaga sudah di depan mata. Yes!.
Malam itu aku telah siap. Kuhubungi Hp Riris, tapi tidak aktif. Aku was-was, mungkin dia sudah menuju cafe, lalu aku menyusulnya, tapi aneh cafenya tutup. Oh God! Bisa kacau nih. Saat aku mencoba menghubungi Pras, tiba-tiba pintu cafe terbuka dan lampu begitu terang menyala. Aku terkejut karena seluruh penjuru cafe penuh mawar putih dan Pras datang menghampiriku dan membawa sekuntum mawar ditangannya lalu berujar padaku

"Na, mau kan jadi pacarku?"

"Lho?" hatiku blingsatan dan aku bingung

"Na, udah lama aku sayang sama kamu dan ini sudah aku rencanakan sama Riris"

"Hah?" aku masih bingung.




2. Kiriman Fitratul Hidayah Ayya.



Jalan Cinta


"Kenapa lagi mbak?" tanya adikku Izal membuyarkan lamunanku. Izal duduk di sebelahku.
"Mikirin Veri lagi ya?" tanyanya. Aku diam, tak menjawab.
"Buat apa lagi mbak mikirin lelaki penghianat itu? Nggak ada gunanya mbak!" ujar Izal kesal. Aku hanya diam, tak menjawab karena dia bilang memang benar. Izal memberikan bingkisan kecil padaku, dan aku menerimanya.

"Ini apa?" tanyaku.
"Titipan dari mas Fahru buat mbak" jawab Izal. Aku menatap adikku dengan penuh tanda tanya.
"Bukankah mbak bilang ingin menikah?" ujarnya. Aku terkejut.
"Kamu pikir menikah itu gampang?" sahutku
"Menikah itu nggak sulit, tergantung niatnya" ujar Izal enteng.

"Mas Fahru ingin menikah dengan mbak. Kalau mbak menyetujuinya, Ahad depan dia akan datang melamar mbak pada bapak dan ibu"
Deg!!! Serasa berhenti aliran darahku mendengarnya.

"Kalian bisa pacaran setelah menikah. Dia lelaki baik mbak, Insya Allah mas Fahru bisa menjadi imam mbak" ujar Izal.
"Kenapa dia tidak langsung bertanya pada mbak, dik?" tanyaku.
"Karna dia menghormati mbak. Nanti malam, dia akan menanyakan jawaban mbak padaku. Mbak pikirkan baik-baik, ini untuk masa depan mbak" ujar Izal kemudian meninggalkan aku sendiri di ruang keluarga. Aku tertegun. Fahru adalah sahabat adikku di pesantren, dia seusia denganku.


3. Kiriman Riris Denok

Air Mata Mini

"Gimana Na, gimana? Puisiku di terima?" tanya Andra penuh harap.
"Kamu harus tabah ya Ndra, puisimu di tolak ama Mini. Terlalu kampungan" Kata Ana, mimik lugu tapi ngarep.

"Gimana Na, Andra bilang apa?" Mini penuh harap puisi cintanya diterima sang pujaan.
"Sorry Mini, kata Andra puisimu menyakitkan." Mimik prihatin.

"Minii ... Ada hot news?" Dora ngos-ngosan. Nafasnya megap-megap.
"Apaan? kayak dikejar setan aja?
"Ikut aku, ke taman, sekarang .. Cepetan?!"
"Iya, iya .. Sebentar." Sambil betulin rok mini dan sepatu hak tingginya.

Di taman.
"Thanks ya, kamu dah nerima cinta aku Na. Puisi Kupu-kupu kamu romantis banget, benar-benar gak nyangka."
"Kamu juga." Tersipu-sipu senang.

Sekonyong-konyong Mini yang melihat peristiwa itu. Tiba-tiba melepas sepatu hak tingginya, berjalan ke arah keduanya. Anna terkejut, siap-siap mau kabur.

Jarak Mini makin dekat, "Na, Ndre, selamat ya!" Kata Mini, tersenyum perih. Anna lunglai, tak percaya. Pingsan.

Mini berjalan meninggalkan. Dengan banjir air mata.
4. Kiriman Jay Wijayanti
Tega Banget Sih Elo


 "Elo sudah beli tiketnya emang?" tanya Zainal kepada sobat karibnya Erna.                         

"Tenang aja deh, gue udah beli untuk 4 orang, elo, gue dan cowok gue Supri, serta calon pemilik hati elo ntar." jawab Erna dengan ramahnya, karena seminggu yang lalu dia sudah berjanji akan mencomblangi hubungan Zainal dengan sobat akrabnya yang sudah seperti saudara sendiri.
                          "Maksud elo, si Lydia? emang dia sudah putus sama doinya?"
                          "Setahu gue sih begitu, Lydia yang bilang sendiri ama gue di telepon" jawab Erna, seakan memberikan harapan dan lampu hijau untuk seorang Zainal hinggap di hati gadis cantik itu.
                          Sore tepat pukul 17:00PM mereka berangkat bertiga, sementara Lydia datang menyusul 10 menit kemudian. Lydia kali ini datang tak sendiri, seorang lelaki gagah dan kekar yang bersamanya itu telah menggandeng tangannya menemui ketiga orang yang sempat heran dan terkejut.
                          "Lydia, elo gimana sih. Bukannya elo udah putus ama Doni seminggu yang lalu, ngapain sih elo ajak dia?" bisik Erna di samping Lydia, sembari sewot karena merasa bersalah dengan sobatnya, Zainal.
                          "Maaf banget ya, Er. Kemarin malam tuh ulang tahunnya Doni, jadi dia pengen gue balik lagi sama dia. Gue juga kagak tau kenape bisa gini. Sorry banget ya?" jawab Lydia, menyesal. Erna hanya diam dan mencibir, meski tak marah namun perasaan bersalahnya pada Zainal tak dapat dia pungkiri.
                          Mereka berlima masuk ke dalam gedung bioskop, sedangkan Doni membeli tiket untuk dirinya sendiri. Dalam suasana sedikit remang dan romantis itu, Zainal hanya duduk gigit jari di belakang posisi Lydia dan Doni, sementara Erna duduk bersebelahan dengan Supri.
                          "Pengen nonjok nih kepala cowok, manas-manasin gue melulu. Nih sepatu gue siap untuk ukuran kepala elo. Sebel banget, sukanya mainin cewek. Orang sudah kagak demen, masih aja ngegombalin Lydia." gumam Zainal yang sempat terdengar oleh telinga Erna.
                          "Maafin gue dah Nal, gue yang salah udah janji ama elo mau bantuin, kagak tahunya Lydia jadian lagi." sahut Lydia memelas dengan menangkupkan kedua tangannya di depan mukanya.
 Zainal pun menoleh dan mencubit pipi Erna yang sedikit tembem itu, tujuannya hanya untuk bercanda merespon Erna.
                          "Sakit tau ah, elo sabar aja deh. Gue bakal bantu."
                          "Sabar, sabar!!! Gue nih, yang lebih sakit tau. Pengennya bahagia, malah melas banget nasib gue malam ini nemuin pemandangan menjenuhkan gini. Arrggghhh..." jawab Zainal sembari mengacakk rambut kepalanya.


5. Kiriman  Tiny Chaniago
Cinta

"Tolong berikan surat ini pada maya , ra."

Dewa menyodorkan surat bersampul biru kepadaku. Aku terbelalak. mataku melotot, dan mulut melongo. "Surat apa ini? " tanyaku sedikit berteriak sembari berjalan mengekori dewa kemeja kantin paling pojok.

"Ssttttt...jangan keras -keras. Aku tidak ingin se isi kantin ini tau kalau aku sedang jatuh cinta, ra !"
jawab dewa sedikit berbisik. sambil menghenyakkan pantatnya kebangku.

"tugasmu hanya menyampaikan surat itu kepada maya" . katanya lagi sambil memesan dua mangkok bakso kesukaan kami.

Dewa sahabatku semenjak kecil.banyak waktu yang sudah kami lalui bersama. bahyak hal yang membuat aku kagum kepadanya. Dia pelindungku dimanapun kami berada. dimana ada dewa pasti ada aku . Ah, rasanya menjadi aneh kalau sekarang tiba-tiba dewa jatuh cinta.

" ka..kamu serius wa? " aku berusaha meyakinkan kembali apa yang baru saja ku dengar.

" iya ra, aku serius. sudah semenjak lama aku memendam rasa kepadanya. Aku mencintainya ra, sungguh. Tolong bantu aku mendapatkan cinta maya ra..."
Dewa memohon, tangannya menggenggam tanganku erat.

Aku mengangguk. Sambil ku aduk -aduk semangkok bakso yang hampir dingin. Aku tau persis, bahwa Maya juga mempunyai perasaan yang sama seperti yang dirasakan sahabatku dewa. Bisa ku baca dari gerak -gerik maya selama ini.

Suasana makan siang kali ini hening. Dewa lebih banyak diam. Efek jatuh cinta menurutku.Dan aku? akupun diam. Hanya masing-masing kami yang tau, apa yang sedang kami fikirkan.

"tapi aku tidak bisa menjamin bahwa maya akan membalas cintamu wa"
Kataku sedikit mencairkan suasana, sambil menyudahi makan siang kami. bel berbunyi.Dewa tak sempat menjawab.karna kami harus buru-buru masuk kelas.


***

Di Toilet sekolah.
Ku keluarkan Amplop berwarna biru itu dari dalam tas ku, ku timang sesaat, lalu kuremas - remas dan kumasukkan kedalam tong sampah.

Maafkan aku dewa, Aku mencintaimu.

6 .Kiriman Tithatutiti Cayank Pusmeongmeong

GBMC
(gue bukan mak comblang)

Suatu hari di kelas IPA 2....
Seorang gadis cantik berambut panjang sedang senyum-senyum sendiri di bangkunya,membuat sahabatnya yang sedikit tomboy bingung"loe kenapa Ri,kayanya seneng banget gitu...?!"
"gimana gue ga seneng Ma,hari nich Ricky senyum ke gue."
"gila loe,cuma dapet senyum dari si Ricky doank,sampe kaya orang setres gini."
"ach,loe Ma...makanya buka hati loe biar bisa rasain indahnya cinta kaya gue."
"pintu kali di buka"mendengar jawaban sahabatnya Riri tertawa,kemudian
"Oiya,,,loe kan deket tuch sama Ricky,gimana kalau loe bantuin gue ?"
"maksudnya bantuin apaan ?"sebelum bicara Riri memasang senyum termuaniz yang sempat membuat Rima takut"Ma...comblangin gue sama Ricky yach ?"
"ogah banget,lagian Ricky ga tertarik sama cewek kaya loe...hahaha"
"rese loe"Riri memukul Rima dengan bukunya."
"aduuh...iya,iya,gue bantu.sakit tau."
"nah gitu donk,itu baru Rima sahabat gue yang cantik.muakacih buanget ya..."
Rima dan Riri adalah sahabat baik,di mana pun dan kapan pun mereka selalu bersama.sehingga banyak yang memanggil mereka berdua dengan segudang nama panggilan.salah satunya sendal jepit di mana ada Rima pasti ada Riri.
kini sahabat baiknya sedang jatuh cinta dengan Ricky si kapten basket yang ga lain tetangganya sendiri.
* * *
Di kantin...
Meskipun Rima ga tau bagaimana caranya membuat Ricky jatuh cinta sama sahabatnya,namun ia sudah berjanji akan membantu.ia pun berpikir keras agar misinya berhasil.
di saat pikirannya sedang melayang-layang,Riri datang membawakan jus membubarkan lamunan"ngelamunin apa sich ?!"
"ga.ehh...Ri,besok gue ada latihan basket sama Rikcy.loe ikut ya..sapa tau kalian bisa tambah akrab."
"boleh juga tuch,usul loe..tapi gue seperti biasa yach ga ikut main."
"up to u...yang penting loe ikut."
"oce..." kemudian mereka pun pergi meninggalkan kantin.
* * *
Hari sabtu pagi paman matahari bersinar dengan gagahnya,membuat Riri mengeluarkan payung Hello Kity yang setiap hari ia simpan di dalam tas merah mudanya.Seperti yang di katakan Rima hari ini dia,Ricky dan kawan-kawan anggota basketnya akan latihan,di mulai dari jam 09:00~11:30 siang.Ketika latihan udah kelar Ricky menghampiri Rima yang sedang duduk dengan Riri."aduuh..Ma,si Ricky lagi berjalan ke arah kita.gimana donk?!"
"loe sante aja,jangan salting gitu."Ricky yang sudah berdiri di hadapan mereka langsung menyapa"Ma,besok ada acara ga ?"
"emang napa ?"
"kalau ga da,jam 10:00 pagi loe temenin gue ambil foto kaya biasa yach"kali ini Rima tidak langsung menjawab tapi berpikir sejenak,besok gue emang ga da acara tapi memandang wajah Riri yang seolah bicara(Ma,gue aja donk.yang temenin Ricky)Rima senyum sendiri membayangkannya.kemudian ia pun menjawab"sory Ky,gue ga bisa.besok udah ada janji.gimana kalau Riri aja yang temenin loe,doi tau banyak loch tempat yang seru buat di ambil gambarnya ?!"lalu Ricky beralih bicara sama Riri"emang besok loe ga da acara ?"sedangkan Riri yang di tanya diam aja,memandang wajah Ricky sambil senyum-senyum sendiri.Mengetahui sahabatnya melamun,Rima menginjak kakinya"awh,loe apa-apaan sich,sakit tau !"
"lagian loe di tanya bukannya jawab malah bengong."raut wajah Riri menjadi merah padam menahan malu.
"gimana Ri,besok loe bisa temenin gue ?"tanya Ricky ulang.
"bi...bisa donk,gue selalu ada waktu ko."
"ok,besok gue jemput di rumah loe jam 90:00."
"sip,di tunggu ya."setelah itu Ricky pamit pergi.Rima dapat melihat wajah Riri yang berseri-seri membayangkan besok bisa jalan berdua dengan Ricky.Dalam hati Rima berkata"yes,misi pertama gue sukses."
* * *
Hari senin di halaman Sekolah
Rima terlihat berjalan sendirian memasuki pintu gerbang.
"Rima...Rima."tiba-tiba terdengar suara Orang memanggilnya dari belakang,membuat ia menoleh.
"eh,Ricky...ada apa nich."
"gue mau minta tolong boleh ga ?"
"kaya ama siapa aja pake minta segala,kalau gue bisa pasti di tolongin dech."
"hehehe...tolong berikan ini sama Riri yach,bilang aja ucapan terima kasih gue karena kemarin dia udah temenin gue ambil foto."
"owh,gitu...oke ntar gue kasih ke dia."setelah itu mereka jalan bersama.Di luar dugaan kebersamaan mereka tadi telah di abadikan lewat foto oleh Mili,cewek yang mendambakan Ricky tapi sayangnya Ricky cuma menganggap dia sebatas teman.
Ketika Riri baru turun dari mobil pribadinya,Mili menghampiri dia,menunjukan hasil foto yang ia ambil barusan.melihat gambar Ricky memberikan kado kepada Rima ia langsung marah.Misi Mili menghancurkan persahabatan Rima dan Riri berhasil.
* * *
Di kelas...
Riri yang baru masuk di ruangan kelas langsung marah kepada Rima yang sedang duduk dengan kado di atas meja"loe jadi teman tega banget sich Ma,nusuk gue dari belakang."
Rima yang tidak tau apa-apa menjadi bingung"maksud loe apa Ri ?!"
Riri yang mulai menangis tetap bicara menunjukan foto kebersamaan Rima dengan Ricky"liat foto ini...loe jahat sama gue,kalau loe emang suka sama dia bilang aja jangan comblangin gue."
melihat foto itu Rima tau sahabatnya salah paham"Ri,dengerin gue,loe itu salah paham."
"salah paham gimana,ini buktinya...gue benci sama loe."kemudian Riri lari keluar dari kelas.Rima ingin mengejarnya namun ia tau itu sia-sia.
* * *
Sudah dua hari sahabat baik itu tidak saling menyapa,Rima selalu berusaha untuk menjelaskan yang sebenarnya kalau semua hanya salah paham namun Riri tidak mau mendengar.
Akhirnya Ricky turun tangan,saat Riri sedang duduk di kelas Ricky menghampirinya"Ri...boleh gue bicara ?"
"mau bicara apa loe,mau kasih tau kalau loe udah jadian sama Rima ?"
"bukan itu..."Ricky diam sejenak.
"lalu..."Riri mulai penasaran.
"gue sayang sama loe Ri,sebenarnya kado yang gue kasih ke Rima itu buat loe,gue ga tau kalau urusannya bakal jadi kaya gini...sory yach."mendengar kata-kata Ricky ia menjadi salting(salah tingkah)
"jadi maksud loe...kalian ga pacaran."Ricky menggeleng.kemudian berkata"loe maafin Rima sama gue yach."
"tapi loe,lagi ga bohongin gue kan ?"
"apa untungnya buat gue."kemudian Riri pun percaya dan resmi menjadi pacar Ricky.
Rima yang ngintip mereka dari balik pintu mulai menghampiri mereka berdua"gimana Ri...udah percaya kan kalau di antara gue dan Ricky ga da apa-apa ?"
"iya Ma,gue minta maaf"
"ok,gue maafin tapi laen kali jangan pernah mohon lagi sama gue untuk jadi comblang karena gue bukan mak comblang.
hahaha...mereka bertiga ketawa bersama,persahabatan mereka pun kembali seperti sedia kala...
SELESAI

7.  Kiriman Zuhrotul Makrifah

MAK COMBLANG ISENG

Sebelumnya sudah kukatakan pada Minie bahwa minggu besok aku ada acara dengan beberapa rekan kantor, tapi dia tetap merengek setengah memaksa untuk membantunya menyatakan cinta pada Bima A. Romeo, seorang novelis muda di kota kami yang akhir-akhir ini mulai naik daun. Dengan beralasan bahwa aku mengenal Raras, adik Bima, Minie beranggapan bahwa aku lebih mudah menjumpai Lelaki keturunan Indo-Prancis itu.
Minie menceritakan segalanya yang ia tahu tentang Bima, mulai dari karya-karyanya sampai tetek mbengek tak penting semisal jam berapa biasanya Bima bangun pagi. Aku benar-benar tak habis pikir, cinta membuat otak Minie linglung sepertinya.
"Za, ketika kau menjumpainya, tolong katakan ya, aku amat menyukainya. Aku membaca semua karyanya. Aku selalu mengikuti kegiatannya. Dan ini", dia menyerahkan sebuah kotak padaku, " tolong berikan ini padanya ya Za".
"Kenapa tak kau temui sendiri?"
"Aku grogi. Belum siap. Hehe."
Karena telah terlanjur mengiyakan permintaan Minie, sepulang ketemuan dengan rekan-rekan kantor aku langsung menuju rumah Bima, tentu dengan terlebih dahulu menelpon Raras, memastikan bahwa aku bisa bertemu dengan kakaknya. Dengan beralasan ingin menyampaikan kiriman untuk Bima, Raras bersedia menyampaikan maksud kedatanganku dan meminta Bima untuk menungguku.
Hanya sepuluh menit naik bus dan aku telah sampai di depan rumah Raras. Aku tak tahu, tiba-tiba rasa penasaran dan deg-degan muncul begitu saja. Secara, selama ini setiap aku ke rumah Raras, aku belu pernah bertemu Bima. Kata Raras, dia kuliyah di UGM dan hanya pulang tiap lebaran saja.
Aku menekan bel, tanpa kuduga seorang lelaki tegap membuka pintu. Ia tersenyum padaku.
"Zahra ya? mari masuk?". Bengong. "Hei, sini masuk__"
"Oh, iya".
"Raras barusan ditelpon Ibu suruh jemput beliau ke pasar", Bima menjelaskan, "Raras bilang kau ingin menemuiku, ada apa?"
"Emm.. Aku hanya ingin bertemu saja, selama ini aku mengagumi karya-karyamu lho. Aku membaca semua novelmu. Boleh dong pingin ketemu idolaku itu. Hehe".
Bima ternyata sangat respek ketika kuceritakan tentang antusiasmeku pada sastra, sesuatu hal yang sesungguhnya hanya aku tahu dari Minie. Obrolan kami mengalir sangat santai sampai bima menanyakan tentang bingkisan yang kubawa,
"Apa yang kau bawa Zahra? Apa itu untukku?", katanya menggoda.
"Eh, iya, sampai lupa. Aku sengaja menyiapkan bingkisan ini buatmu".
Bima tersenyum. Dan diluar dugaan dia mengecup pipiku.
"Thanks ya", katanya berbisik.
Kami semakin larut dalam obrolan seolah telah kenal lama sebelumnya. Dan sebelum pulang kami sempat bertukar nomor HP untuk melanjutkan obrolan selanjutnya. Aku tiba-tiba tak bisa mengerti apa yang kurasakan. Ah,__
Diperjalanan pulang aku sempat teringat Minie, "Ah, maafkan aku Minie. Kau yang memaksaku menemui dia, bukan? Maaf".
******
Kisah ini terispirasi lagunya POTRET "MAK COMBLANG"




 8. Kiriman Armi S. Leanis

Dicomblangi Mimpi




Bus jurusan Cilacap-Purwokerto membawaku menemui seseorang yang sering datang dalam mimpiku. Namanya Prapto. Tapi aku biasa memanggilnya mas Ato. Dia tinggi, sedikit kurus, rambut kriting, dan kulit coklat bersih. Begitu ciri-ciri yang bisa kutangkap dalam mimpi.

Seperti mimpi yang kudapat dua hari lalu. Mas Ato tiba-tiba datang ke rumahku.
"Mas, ngapain pagi-pagi ke sini?"
"Aku mau bicara penting sama kamu."
"Soal apa, Mas?" tanyaku lagi.
"Aku ingin segera melamarmu. Umurku tidak lama lagi." jawabnya dengan kepala tertunduk.
Aku terkejut, "Mas kenapa? Sakit?"

Belum sempat dia menjawab, aku terbangun.

Mimpi itulah yang membawaku menuju alamat yang tertera pada kertas di tangan.

***
Empat tahun lalu.

"Rum, kalau kamu sudah dewasa, kamu menikah dengan anak teman Bapak, ya. Dia orang Purwokerto." Begitu bapak berpesan pada suatu malam, saat usiaku baru 18 tahun.


Aku menolak dengan sopan. Bapak mengerti dan tak mau mengungkit soal perjodohan itu lagi.

Tiga tahun kemudian, saat aku baru saja membeli sebuah telepon genggam, tiba-tiba ada telepon masuk. Aku mengangkatnya dan kami pun berkenalan. Dialah mas Prapto. Dari situ awal mula aku mengenalnya. Tak butuh waktu lama untuk membuatku merasa dekat dengannya. Kenapa?

Karena hampir setiap aku memikirkan dan merindukannya, mas Ato tiba-tiba datang dalam mimpiku. Kadang dia amat menyenangkan, kadang menyebalkan, pernah juga membuatku cemburu. Aneh, semua itu seperti kenyataan.

Lalu paginya aku akan menelepon dan bercerita padanya tentang mimpi semalam. Selanjutnya dia hanya tertawa sambil berkata, "ah, itu hanya bunga tidur, dik."

Aku tak peduli itu bunga tidur atau apa. Yang jelas, mimpi dua malam lalu sangat membuatku cemas.

Aku berjalan menyusuri jalan kecil yang belum diaspal. Setelah beberapa lama, akhirnya aku menemukan rumah sederhana bercat biru. Sudah kupastikan itu benar rumah mas Ato.

Aku mengetuk pintu. Tak lama ada orang keluar. Seorang laki-laki setengah baya, seusia bapakku.

"Cari siapa, Nduk?" tanyanya kemudian.

"Maaf, mas Prapto ada, Pak?"

"Oh, ada di belakang. Ayo, silakan masuk."

Aku pun mengikutinya masuk ke dalam. Di saat itu pula aku terkejut.

"Bapak? Kenapa Bapak bisa ada di sini?"

"Rumi? Harusnya Bapak yang nanya ngapain kamu ke sini? Ini kan rumah teman Bapak yang anaknya mau dijodohkan sama kamu."

Aku dan bapak sama-sama melongo.

Lalu dalam hati aku tersenyum, belum dijodohkan juga aku sudah merasa dia jodohku, kok.

Tamat.






 9. Kiriman Lisa alissa

Kado Special Dari Mak Comblang.




Empat sekawan yang selalu akrab, kemana mana pun selalu kompak, disaat hari ulang tahunnya Jhoni mereka berempat pun hadir.
Rani adalah cewek yang paling lugu diantara ketiga temennya itu,
dan hanya Rani anggota dari 4 sekawan yang belum punya pacar.
Dan tiga personil 4 sekawan yang centi-centil itu pun merencanakan sesuatu,
ditariknya lengan siJhon, dan dibawanya Jhon kesebuah ruangan,
Empat sekawan itu memintanya untuk menunggu,
" kami akan memberikan kejutan untukmu, anda diharap bersabar ya...,karena ini adalah hadiah yang special dari kami, dihari ultahmu",
sehabis mengahiri kata-katanya 3 personil 4 sekawan itu meninggalkan Jhon di ruangan itu, hati Jhon menggunam, apa-apaan sih kalian,.
"Hey...Rani-Rani..,kesini sebentar..,"ada apaan sih..,"eh Rani bantuin kami ambil piring-piring kertas dong,"dimana ambilnya ..?,"ok sini aku kasih tahu, diruangan itu tuh...,kamu masuk saja, dan tolong bawakan piring-piring kertas itu pada kami ya..,",ok baiklah...,
Atas permintaan mereka Rani pun bergegas keruangan itu,
dibukanya pintu, dan ruangan tampak gelap itu dinyalakannya lampu, alangkah terkejutnya Rani, tatkala ada sesosok manusia didalam gudang itu," Jhon....,kamu lagi ngapain diruang gelap ini?," kamu sendiri lagi ngapain Rani?, oh aku mau ambil piring
kertas, "dimana?, "aku juga gak tahu dimana nih juga gi nyari," aku bantu ya...,mungkin diatas itu, didalam kardus itu, baiklah aku tarik kebawahya...,Jhon menarik kardus itu, entah mengapa kardus itu seperti tidak bersahabat, saat ditarik seisi kardus itu tumpah dari bawah alas kardus yang tak rapat, semua barang pun longsor habis, mainan anak-anak ratusan kelereng dan bola-bola kecil, Jhon mencoba bergerak namun kakinya yang menginjak kelereng membuat tubuhnya jadi tak seimbang dan tak sengaja menarik tangan Rani sehingga keduanya pun terjatuh, bertopangan, mendengar suara gaduh itu, semua teman yang hadir menghambur kearah sumber suara yang gaduh itu, 3 personil centil itu yang pertama masuk keruangan itu, mereka tidak memberikan pertolongan tapi malah menghadiahi dengan tepukan, " uh....ini ya kado specialmu..." ucap Jhon saat 3 personil itu datang, "lho...Jhon emang kamu nggak ngerasa kalau ini adalah sebuah hadiah yang special yang kami persiapkan untukmu, mata Jhon terbelalak, ketika iya menyadari Tubuh Rani telah menindihnya, dilemparnya kembali pandangan mata Jhon kearah 3 personil centil itu, namun gadis-gadis itu membalasnya dengan senyuman dan tepuk tangan yang diikuti oleh teman-teman yang lain," ye.....jadian..,jadian..,jadian.., Jhon pun tersenyum tersipu, dilihatnya wajah Rani yang merah merona, dan sedang berusaha bangkit dari tubuh Jhon yang dia timpah.
para teman teman dan 3 personil centil itu, membuat barisan melingkar mengelilingi Jhon dan Rani, mereka meminta untuk Jhon dan Rani untuk mengungkapkan perasaan hati mereka saat itu," Gemana Jhon dengan mu...apakah kau bersedia menjadi kekasih Rani?, Jhon pun tersenyum dan menjawab "tentu saja kenapa enggak., dan bagaimana dengan mu Rani, apakah kau menerima cinta Jhon?, Rani hanya terdiam, adegan koplak itu bener-bener membuatnya tak bisa berfikir," baiklah tak menjawab, itu berarti setuju..! mendengar seruan itu semua tangan memberikan tepukan,"cium...cium...cium..., atas permintaan halayak ramai Jhon dengan mersa mengecup bibir Rani yang makin pucat pasi.....


10. Kiriman Enna Afni


Mak Comblang Salah Orang



"Nur, kamu harus dengar aku kali ini, aku udah berhasil nyomblangin Ugi sama cowok tentangga desa yang pernah kuceritain ke kamu itu Nur, wah kata Ugi tinggal nunggu doi bilang cinta doang!" Ipah menghujani wajahku dengan air liurnya.
"Ngga nggumun, kamu kan dukun terawang, sekali jadi sepuluh ribu melayang" aku terkekeh sementara Ipah misuh-misuh.
Rencananya sore ini aku, Ipah dan Ugi akan ketemu di lapangan nonton sepak bola antar desa sekalian iseng-iseng kenalan sama calon pacar Ugi.
"Kamu pede banget si Gi, belum jadi aja udah pamer" aku sempet mencibir siang itu keki banget melihat wajah Ugi yang berbinar-binar. Atau lebih tepatnya dikit nyesel, karena tadinya aku yang mau di comblangin Ipah ke cowok itu
  Mungkin belum jodohku, aku membesarkan hati, lagian semua itu rahasia Tuhan.
 "Yono kok belum datang ya.." Ugi terlihat gelisah nggak sabaran padahal kami baru 10 menit sampai di lapangan. Aku sibuk mendengarkan nama-nama pemain sepak bola yang mulai turun ke lapangan melalui sompok speaker. "Gi, udah mau datang belum, jangan-jangan ngga jadi" aku mencoba basa-basi, nggak enak juga melihat mereka uring-uringan aku nggak ikutan.
"Ah itu dia datang! Nuri cepet sini, itu cowoknyaa..cepet lihat sini!" Ugi kelabakan sambil menarik-narik bajuku. Aku sedikit kelimpungan mencoba menyeruak dari para penonton yang mulai berdatangan.

Deg! Jantungku seperti mau copot.
Lha itu kan Agus suyono, temen kuliah kakakku, yang sebulan lalu dikenalkan padaku..yang semalam menyatakan cinta padaku.
"Nuri, mas menyayangimu, maukah Nuri jadi pacar mas. Besok mas Agus tunggu jawabanmu, mas memilihmu Nur.."

 

 


Jumat, 16 Maret 2012

Haibun : Pagar dan Jendela

Kita pernah saling terpesona dengan warna. Kau bilang warna cat pagar rumahku bagus. Lalu aku pun menanggapi dengan hal serupa mengagumi bentuk dan warna ruas jendela rumahmu. Di mana kau sering terlihat tersenyum di sana, terkadang melambaikan tangan saat aku membuka pagar rumah, aku melihatmu melongokan kepala di antara bingkainya sambil menikmati secangkir kopi yang masih mengepulkan asap. Seperti itu setiap pagi. Sebuah ritual yang entah di sengaja atau tidak menjadi suatu kebiasaan. Tak butuh status, tentang apa yang sedang kita lakukan. Kau dan aku saling peduli hanya itu yang bisa kuyakini.


Pagi kesekian, aku tak melihat senyummu di jendela itu, tak ada aroma kopi dari senyumanmu. Jendela itu masih tertutup rapat saat aku membuka gerbang, menjelang aku berangkat kerja. Ruas jendela berwarna cokelat muda itu jadi terlihat sangat biasa.


Aku mulai terbiasa berangkat kerja tanpa menoleh ke arah jendela di seberang rumah, rumahmu. Tanpa menghirup aroma kopi di pagi hari. Sesekali aku hanya menangkap embun yang masih menetes di dedaunan sisa hujan semalam.


seikat bunga
kartu berwarna biru
di depan pintu

MK, Taipei 16032012


Catatan : yang membuat haiku adalah Mas Sinyo Manteman :), saya hanya membuat  prosanya.

Kamis, 15 Maret 2012

Haibun : Di Bakery

Ia tetap berdiri mematung di muka bakery, pandangannya menyorot ke arah sosok perempuan yang sedang sibuk memilih roti kesukaannya. Rambut wanita itu terurai ke belakang. Ada titik-titik air di bahunya.

Sempat terpikir dirinya akan menjelma jadi hujan agar mampu menyentuh tubuh ramping itu. Kata, "hai," masih tersimpan di tenggorokan. Seperti tulang ikan yang tersangkut di kerongkongan. Ingin segera dikeluarkan.


secangkir kopi
remah roti di meja
tertiup angin


MK, Taipei, 15032012 


Haiku : dari Sinyo Manteman

Rabu, 14 Maret 2012

FIKSI MINI: Maret

1.Pembunuhan

"Tak kan ada dendam di hatiku, tapi di pisau ini." Ucap perempuan berambut panjang yang mengenakan pakaian serba hitam. Secepat kilat sebilah pisau ia tancapkan tepat di jantung lelaki di hadapannya. Tubuh itu terhuyung jatuh ke lantai. Sementara wanita itu pergi dengan rasa puas saat menyaksikan lelaki yang pernah menyakitinya kini tergeletak pasrah pada maut.


MK, Taipei, 09032012.



2. Kerupuk
"Remuk loe kena gigi gue." Seru Budi berapi-api sambil makan kerupuk.
MK,11032012





3.  Balas Dendam
A: "kenapa kau tega melakukan ini padaku?"

B :"Karena kau pernah melakukan ini padaku."

   MK,11032012




4.  Wanita
"Kau bisa gunakan tubuhmu untuk melayani siapapun tanpa harus terbebani ikatan karena kau juga butuh. Itu bukan keikhlasan. Tapi ketakutan yang bodoh. Kau hanya takut jika suatu saat bertemu lelaki yang lebih baik, tapi kau tak bisa memilikinya karena kau terikat dalam suatu hubungan, yang pada akhirnya tak lagi kau butuhkan." Ucap lelaki itu sambil membetulkan kancing kemejanya. Lalu melangkah pergi meninggalkan seorang perempuan di kamar hotel murahan.


MK,11032012

5. Petaka

"Kekasihmu ingin kembali padaku, terimakasih telah membuatnya jadi lebih baik."

Tanpa sadar ia menjatuhkan ponselnya, setelah membaca pesan yang baru diterimanya.

"...sekaligus membuat diriku sendiri semakin buruk," desisnya.


MK, Taipei 14032012

Separuh Malam

Malam dan sunyi serupa piano,
tempat jari  menekan notasi, pembentuk irama
mendengarkan apa yang diakibatkan

lagi dan lagi hingga tercipta harmonisasi suara dan jiwa.

Matahari dan Bulan telah rebah
hitam yang pekat hanya meninggalkan desis
napas-napas turun naik merayap hingga ubun-ubun
kaki-kaki telanjang melumpuh melepuh

MK, Taipei, 13032012


Senin, 12 Maret 2012

Salamkan Padanya

Maafkan saya Tuhan. Saya merasa baik-baik saja, hingga semuanya cukup membuat saya bahagia. Semoga Engkau tak murka. Apa yang saya dapat semoga berkah dari hasil yang saya kerjakan dengan lebih baik setiap harinya.

Tuhan saya merindukan Ama. Tolong jaga dia, karena saya tak lagi di sampingnya. Jangan biarkan ia menangis, dan merasa sakit. Karena dia akan terlihat cantik saat tertawa. Tuhan terima dia Di sisi-Mu. Sampaikan padanya saya sangat merindukannya. Salamkan untuknya; bahwa saya amat mencintainya dengan sepenuh jiwa.

Saya rela menangis setiap mengingatnya. Karena saya tidak ingin melupakannya. Terimakasih telah Kau beri saya kesempatan untuk menjaga dan merawatnya. Sampaikan terimakasih saya padanya. Dia adalah salah satu karunia terbesar dalam hidup saya.