SELAMAT DATANG DI DUNIA SAYA

Dunia saya adalah tentang apa yang saya sukai dan menyukai saya;...

Kamis, 23 Desember 2010

Hotel 212

Seorang gadis tertawa lepas menikmati pemandangan yang ada dalam ruang dimana ia duduk sekarang. Tawa yang selama 15 tahun terampas dari kehidupannya. Selama 15 tahun pula ia hidup dalam istana kardus kesayangan. Istana yang merupakan harta termahal yang pernah ia miliki.



Suatu hari Mini sebut saja itu sebagai nama warisan kedua orangtuanya sebelum meninggal. Kedua orang tuanya meninggal dalam peristiwa kebakaran di sebuah pasar 12 tahun silam. Selama 12 tahun pula Mini hidup sendiri tanpa siapapun; buta huruf atau buta aksara adalah predikat kekal bagi dirinnya. Hingga akhirnya pada suatu hari ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Boby yang baik hati, tentunya versi Mini. Boby yang berpenampilan biasa meskipun sebenarnya sedikit aneh.

"Hai cewek" Sapa Boby menggoda. Tepat di jalan yang tidak jauh dari istana megah tempat tinggalnya. Bila di bandingkan istana kardus milik Mini tempat tinggal Boby jauh lebih nyaman paling tidak dia terhindar dari kebocoran.

Mini yang memang pendiam hanya menengok acuh kearah Boby yang berdiri dibalik terlali pagar besi.

"Hmm... sombong!" Boby cemberut.
Boby yang penasaran dengan gadis kecil ini terus mengikuti langkah Mini. Ia memutuskan keluar dari pagar besar istananya. Terus mengikuti langkah mini menyusuri gang-gang kecil yang kumuh. Akhirnya sampailah ia di istana kardus milik Mini. Boby terperangah menatap sebuah gubuk reot yang berbalut kardus disana-sini. Tidaklah pantas bila rumah itu dijadikan sebagai tempat tinggal manusia. Boby merasa iba dengan keadaan Mini. Kemudian Boby mengajak Mini kedalam istana yang telah ia huni selama 6 tahun. Boby memaksa Mini agar mau ikut tinggal denganya, dalam sebuah istana yang cukup menurut Boby akan bisa membuat Mini merasa lebih tenang.

Tempat dimana orang-orang menggunakannya sebagai tempat pelarian dari lelahnya hidup. Dengan terpaksa Mini mengikuti Boby karena tidak ada pilihan lain, akhirnya mereka berdua menuju istana tempat ternyaman bagi Boby.
....................................

Istana Boby...
Istana Boby terdiri dari sekat-sekat kamar, didalamnya terdapat beberapa ranjang single bed. Setiap hari Mini hanya bisa menatap heran pada orang-orang yang baru ia temukan. Sebuah adaptasi aneh yang harus ia lakoni. Berbagai macam penampilan manusia ia amati. Tertawa, menangis, menjerit, suara-suara itu selalu menghiasi hunian barunya.
Diamatinya lelaki berambut keriting yang sedang bermain bulutangkis. Meskipun tidak ada kok yang terbang untuk di pukulnya, ia nampak menikmati permainannya dengan gembira. Yang terlihat hanya gerakan-gerakan aneh.
Di pojok utara ada seorang wanita yang sedang sibuk mengepang rambutnya sendiri sesekali ia tertawa lalu menjerit, ada yang pura-pura merokok ada juga yang triping layaknya seorang pemabuk sedang sakau. Konglomerat berdasipun ikut meramaikan suasana, di tandai dengan koper hitam yang selalu dibawa kemana-mana layaknya seorang pengusaha besar.
Mini merasa beruntung telah di bawa ketempat itu, meskipun ia tidak pernah tau nama tempat ini; sesungguhnya karena ia buta huruf. Ia tidak pernah sadar dengan tulisan yang terdiri dari beberapa huruf di depan gedung yang ternyata adalah "RUMAH SAKIT JIWA". Kalaupun tau, dia tidak akan pernah peduli karena baginya tempat itu jauh lebih nyaman daripada tinggal dalam istana kardus yang dihiasi ketakutan dan kemunafikan.
Mini terlarut dalam kehidupan barunya, ia telah melepas kepenatan yang ia alami, melupakan segala kenangan yang tergambar di luar sana. Dimana semua orang sibuk dengan keduniawi-an. Kini ia telah hidup diantara orang-orang yang telah lelah dengan tanggung-jawab dari sebuah akal. Tertawa menikmati yang ada.
Tak jauh dari tempat Mini, duduk ada 2 orang berseragam putih; seorang lelaki tinggi besar berkulit putih dan disampingnya seorang suster berbadan kurus.
"Dok, sepertinya pasien no.212 semakin parah penyakit gilanya." Ucap suster pada dokter yang ada disampingnya.
"Buktinya?" tanya Dokter.
Suster cantik itu menunjukan jarinya ke arah Mini yang sedang tertawa menyaksikan Boby menari-nari ala raja Breakdance.

"Ia adalah pasien paling aneh bila dibandingkan dengan pasien lainya, karena sering tertawa sendiri" Ucapnya.
Suster itu merasa heran. Karena, Minilah satu-satunya orang yang masih sempat tertawa setiap menyaksikan tingkah sahabat-sahabat barunya. Padahal pasien lainnya tidak pernah saling menertawakan.

Itu berarti susterku yang sudah mulai ketularan virus 212, Apakah aneh menertawakan pemandangan lucu didepan orang gila.
Dokter itu pun pergi meninggalkan suster karena takut terkena virus 212 juga.
###

Ini adalah cerpen lama saya. Dibuat karena tantangan seorang teman dari kemudian.com(Boby), dengan tema orang gila ini cerpen komedi satire.

MK2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar