SELAMAT DATANG DI DUNIA SAYA

Dunia saya adalah tentang apa yang saya sukai dan menyukai saya;...

Kamis, 20 Januari 2011

BATTLE POEM : SOSIAL (SINYO APRIL, MINIE KHOLIK)

BATTLE POEM : SOSIAL (SINYO APRIL, MINIE KHOLIK)

by Minie Kholik on Tuesday, January 18, 2011 at 3:01pm
1.MANA REALISASINYA

Entah berapa kali sudah kulihat bocah-bocah itu mengais nasi dengan tutup botol bekas di lampu merah, sementara asap knalpot para tuan kota meracuni paru-paru mereka lewat udara.
belum lagi ketika hujan, mereka harus kuyup di bawah jembatan layang buatan kalian. tidur terbius senyawa aspal yang menguap.

maaf nyonya-nyonya dan tuan-tuan kota penghuni rumah keong, aku mau bertanya! miriskah kalian melihat si kecil pulas di trotoar jalanan berselimut debu, juga dingin yang menusuk tulang? ngilukah saat kalian dengar perut mereka melilit sebab nasi yang mereka telan telah basi?

jawablah! jangan bisanya hanya menutup mata dan telinga.

ya, aku berorasi lewat puisi. mempertanyakan janji-janji kalian yang telah membentuk surga kecil di kepala mereka, sementara tak pernah terwujud! atau memang tak pernah diwujudkan?
o, jadi kalian juga akan menangkapku? seperti apa yang kalian lakukan pada teman-teman kami yang berorasi di depan rumah keong itu. padahal kami cuma sekedar merealisasikan mimpi surga kecil mereka.
silahkan saja, tapi puisiku tak pernah berhenti mengisahkan mereka di jalanan sana. setidaknya sampai kalian membelalakan mata dan mengorek congek di telinga kalian!


SINYO APRIL, Batavia, 180111

2. CICAK BERNYANYI TERTAWAKAN ORASI

Tak perlu dipungkiri saat cicak merayap semakin tinggi, berlari, berloncatan pergi ngungsi_______ Dari gubung-gubug reot dipinggir kali. Yang sudah siap berenang bersama ikan sekarat saat limbah banjir kunjung nanti.
Cicak melongok dari sela menara tinggi ada cacing menangisi nasib diri,
"tak ada humus setelah daun-daun dilalap lahar api. Butuh berapa bulan lagi manusia memberi pupuk pada kami," desisnya.

Lalu kerbau menasehati; "Sudahlah aku masih bisa SPA di lumpur sambil bantu Pak Tani, meskipun SPA tiap hari kenapa kulitku tak berubah putih,sih? atau karena aku berenang hanya di kali?" keluhnya.

Ah jahatnya Pak Tani. Memperalatku setiap hari andai aku punya dasi akan kupinjamkan pada mereka agar bisa duduk di atas kursi. berkendaraan pedati...

Ah , aku lupa kuda dan sapi sudah pergi ke arena judi. Memonopoli perut kosong berirama sepi. Diselingi singa mengaum "mengheningkan cipta mulai..."

MK,TAIPE 18/01/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar