Pemain drama menikmati perannya dengan sebaik yang ia bisa. Lalu kenapa penonton yang sibuk mempertanyakan; bagaimana kelanjutan kisahnya?, terkadang merasa tidak puas dengan ending cerita yang ia terima, kurang konflik, kurang greget dan sebagainya. Pernah kah kita membayangkan bahwa diri kita sebagai pemain di dalamnya. Lalu orang lain mengharapkan bahwa cerita kehidupan kita lebih kejam dari yang dijalani saat ini. Apa yang Anda rasakan? Bahagiakah anda mengetahuinya?
Saya pernah menonton talkshow yang di dalamnya ada Ari Sihasale dengan istrinya Nia Zulkarnaen. Dalam talkshow tersebut Ari mengatakan, "Dalam cinta kita tidak perlu berkorban." Mungkin anda bertanya kok bisa? Menurut yang saya tangkap dari maksud Ari adalah, bahwa dalam cinta tidak ada istilah berkorban untuk orang yang dicintai. Dalam arti yang ia lakukan adalah merupakan sesuatu yang layak dipersembahkan untuk orang yang disayangi tersebut. Pertanyaanya seperti apakah perasaan Anda sesungguhnya, jika suatu ketika Anda mengungungkitnya saat orang tersebut mengecewakan Anda?. Padahal sadar atau tidak diri kitalah sesungguhnya si antagonis dalam kisah kita sendiri. Bahkan tanpa sadar mencari kebahagiaan sendiri dengan menyakiti orang lain.
Kenapa begitu banyak Motivator, Kyai, dan Penceramah tapi tetap saja kejahatan itu ada? karena sejak jaman Nabi Adam manusia lebih mudah mengikuti hal yang menyesatkan dari pada hal baik. Dalam pandangan saya segala kebaikan itu datang dari panggilan nurani sendiri, bukan dari orang lain, juga bukan untuk orang lain tapi untuk diri sendiri. Bukan sebagai tontonan hiburan tapi ketenangan bathin orang itu sendiri. Meski tanpa diperlihatkan kebaikan dan ketulusan akan terasa. Maka sudah tuluskah hati kita jika masih kecewa dengan apa yang kita terima?
Gumelar , MK 30 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar