Ditanya sastra itu apa? saya sendiri tidak pernah ingin tahu dengan detail. Seingat saya dulu, menjadi seorang penulis sepertinya sangat sulit apa lagi sampai menerbitkan buku rasanya sangat istimewa. Menjadi penulis best seller itu luar biasa. Saya selalu merasa kagum dengan orang-orang yang pandai menulis.Sepertinya itu adalah profesi yang sangat mulia dan butuh kecerdasan ekstra.
Pada tahun 2007 bulan 07 tanggal 11 secara tidak sengaja saya menemukan sebuah situs menulis on line www.kemudian.com di Wikipedia, dengan keterangan sebuah situs komunitas penulis amatir terbesar. Karena penasaran saya mengklik link tersebut dan registrasi dengan username bl09on, sampai sekarang. Saya merasa senang berada disana, belajar puisi, cerita dan saling memberi point serta komentar pada karya yang diposting oleh membernya. Dulu saya sering dapat point 4 daripara senior. Tentu karena memang kualitas tulisan saya yang memang masih sangat buruk. Tentang EyD, tanda baca dan pembentukan karakter yang masih sangat dangkal, tidak membuat saya berhenti untuk terus menulis. Padahal waktu itu saya tidak pernah berniat untuk jadi seorang penulis apalagi menerbitkan buku. Beruntung saya mengenal orang-orang yang sangat baik yang mau berbagi ilmu, Sefryana Khairil, Adryan Achyar, Dadan Erlangga, Hara Hope dan Windry Ramadhina, Shinichi Kudo adalah sahabat saya yang dengan telaten mengajari melalui yahoo messenger. Sekarang saya sudah banyak mengenal penulis hamble yang berkualitas dan tidak pelit membagi ilmunya, Pak Maman S Mahayana, Christian Simamora, Wa Ode Wulan Ratna dan masih banyak lagi. Saya sangat senang karena mereka memang sudah jauh lebih jago soal menulis tapi mau mengajari saya dari nol. Bahkan penggunaan tanda (") sekalipun.
Pada akhir tahun 2009 saya mulai aktif lagi menulis sejak membuat akun FB yang sejak pertama hingga saat ini belum pernah saya ganti namanya Minie Kholik, saya sering membuat tulisan iseng lalu saya tag ke teman-teman FB saya yang memang masih sangat sedikit, tapi terasa sangat akrab dan sering ngobrol di status masing-masing. Beruntung mereka adalah orang-orang yang memang memiliki banyak ilmu yang bisa saya serap dalam bidang apapun. Ahli seni, pemuka Agama , Pengusaha, Guru, dan banyak lagi.
Pada hari buku sedunia tahun 2010 saya iseng ikut game cerita estafet yang diadakan oleh GagasMedia dan saya jadi salah satu pemenangnya. Saya sangat senang bukan karena saya dapat hadiah 3 buku dari Gagas.Tapi dengan begitu saya merasa ada kemajuan dalam tulisan saya. Lalu saya mencoba ikut lomba lagi di event lomba cipta puisi dengan tema luka yang diadakan oleh Fatamorgana Publisher dan saya pun ikut jadi pemenang favorit pilihan pemilik publisher tersebut Vasca Vanisa. Lalu puisi sayapun kembali terpilih dalam event lomba puisi untukdibukukan oleh penerbit Hasfa Publisher. Saya pun semakin semangat untuk belajar menulis lebih baik hingga saya mendapat tawaran untuk menjadi kontributor di sebuah majalah sekitar 6 bulan. Lalu keluar karena ada beberapa hal. Lalu saya ditawari jadi kontributor disebuah tabloid. Sejak itu saya sibuk menulis dan belajar tentang banyak kekurangan tulisan saya.
Semakin kesini menerbitkan buku itu terasa makin mudah. Tapi justru membuat saya semakin tidak tertarik. Kenapa? karena semakin mudah sesuatu didapatkan maka hal itu tak lagi menarik. Saya tidak menyepelekan apapun dan siapapun. Jelas semua penulis memiliki kelebihan dan kekurangan yang sangat berbeda. Tapi dalam pengamatan saya justru banyak yang menulis demi mendapat gelar penulis. Tidak peduli kalau harus menguras kantong sendiri. Sedangkan untuk pemasaran adalah sistim koneksi, siapa yang bisa mencari teman sebanyak-banyaknya maka bukunya laku sebanyak teman yang ia punya. Lalu kualitas jadi nomer sekiannya. Dan buku yang benar-benar berkualitas justru tidak sampai ke pembacanya.
Sepertinya dunia sastra sudah menjadi ladang bisnis bagi yang bisa memanfaatkannya. Dan saya kurang menyukai hal ini. Karena itulah saya belum tertarik untuk menggunakan uang saya untuk menerbitkan buku. Saya justru lebih tertantang untuk memasuki penerbit mayor dengan mengandalkan kualitas. Meskipun saya sering dengar ada penerbit besar yang bersedia menerbitkan buku seseorang jika mau membayar sekian juta. Lalu apa tujuan orang itu menulis?
Saya juga miris saat membaca sebuah karya yang menurut biografi yang tertera beliau sudah biasa malang melintang di dunia penulisan seorang script writer beberapa cerita televisi dan sudah menerbitkan beberapa buku meskipun bukan dari penerbit besar. Yang saya sayangkan adalah kualitas tulisannya. Yang memang menurut pengakuannya hanya butuh beberapa hari, What? keren ya? NO. Bahkan cerita yang dibuatnya mentah menurut penilaian saya yang masih awam sastra. Lalu bagaimana limpahan pujian dari pengamat, pereview tulisan-tulisan itu? Jadi apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia seni, dunia satra di Indonesia? Koneksi, Uang , atau Kualitas?
Maka lihatlah hasil dari negara ini sekarang. Jika segalanya didasarkan atas koneksi dan uang...
Semua tulisan ini adalah hasil pengamatan saya sendiri yang memang awam dan sangat sedikit pengetahuan tentang penulisan.
MK, Gumelar 04 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar