SELAMAT DATANG DI DUNIA SAYA

Dunia saya adalah tentang apa yang saya sukai dan menyukai saya;...

Kamis, 23 Desember 2010

Indonesia dan Masa Depan

"Kau harus  berpikir untuk memperbaiki negerimu. Ingatkan pengambil kebijakannya  untuk  tidak menjilat Amerika dan negara manapun. Aku pernah ke Indonesia dan aku melihatnya sebagai negara yang sangat besar diantara benua Asia dan Australia. Kekayaanya luar biasa. Seharusnya sudah jadi macan Asia. Dari segi modal dan fasilitas yang diberikan Tuhan kepda negerimu, kalau diibartkan negerimu itu kelas hotel bintang lima lebih. Tetapi karena bangsamu tidak bisa mengurusnya, jadinya ya seperti kelas bintang melati yang memprihatinkan. Kau harus kembalikan  negrimu ke posisi bintang limanya."


Cuplikan dialog di atas adalah bagian dari buku Bumi Cinta karya Habiburahman El Shirazy. Dialog yang cukup panjang yang diucapkan salah satu tokoh yang bernama Profesor Tomskii dari Rusia kepada Ayyas pemuda dari Indonesia. Saya bukan ingin membahas cerita dalam buku itu, saya hanya ingin kita mencerna ucapan Professor Tomskii secara kita adalah warga negara Indonesia.

Ditinjau dari kualitas sumberdaya alam Indonesia merupakan bangsa besar,  yang berpotensi menjadi bangsa yang besar seperti yang diucapkan Profesor Tomskii. Sayangnya, apakah yang menyebabkan bangsa kita justru cenderung mengalami kemunduran. Selain bencana alam yang sering terjadi, bangsa kita justru menanggung hutang yang semakin besar. Kenapa nasib negara kita tidak mampu seperti negara China yang semakin kokoh dan kaya?  adakah yang salah dengan sumber daya manusia kita? untuk menciptakan lapangan kerja saja bangsa kita keteteran sehingga banyak  tenaga kerja yang lebih memiih ke luar negeri untuk menyambung kehidupan. Dan justru  dari hal itu malah mendatangkan keuntungan devisa yang  tidak sedikit. Namun apakah keselamatan mereka sudah terjamin?

Begitu sering kita mendengar kekerasan yang harus dialami oleh beberapa TKI indonesia. Baru-baru ini Sumiati seorang TKW yang bekerja di Arab Saudi harus mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh majikannya. Dia mendapatkan  luka serius di kedua kaki, sekujur tubuh, wajah, bahkan mulut (bibir bagian atas) digunting. Belum selesai masalah Sumiati kita pun dikagetkan oleh mayat Kikim Komalsari yang digorok lehernya tiga hari sebelum hari raya Idul Adha.  Lalu mayatnya dibuang ke tong sampah. Sebenarnya apa yang terjadi dengan manusia di sana? mari kita renungkan masalahnya ada pada mereka atau negara kita?

Sudah begitu sering ketidak-beruntungan harus diterima oleh TKI kita, bahkan  setiap tahunnya  semakin bertambah. Penyiksaan yang dilakukan oleh majikan di Arab tidak hanya sekali dua kali, hampir setiap tahun berita menyedihkan itu kita terima. Sebenarnya apa alasannya? Apakah karena hati orang Arab itu benar-benar batu, ataukah pemerintahan kita yang belum mampu memberikan perlindungan tegas terhadap warganya. Seandainya negara kita mampu memberikan perlindungan yang tegas mungkin semua itu tidak harus dialami TKI  berulang kali. Kenapa setiap kenaasan harus berakhir dengan uang lalu selesai perkara. Sedangkan uang bagi orang kaya bukan masalah besar. Kenapa uang mampu membeli nyawa? sedangkan nyawa tidak ada yang bisa membuatnya. Indonesia perlu ketegasan hukum yang melindungi mereka. Apa yang terjadi dengan wakil rakyat sungguhnya? Mereka mampu membuat diri mereka semakin kaya tapi tidak mampu menjamin kekayaan bagi negerinya. Membayar orang untuk menjaga kekayaan rumahnya namun tidak mampu menjaga keselamatan rakyatnya. Begitukah?

Bila saya amati negara kita adalah negeri penghasil uang tapi diperbudak oleh uang. semua yang ada di alam Indonesia memiliki nilai jual.  Kita lihat  betapa nasib orang miskin harus selalu tersisih. Saat dalam pemilihan wakil rakyat pun orang yang tidak memiliki uang tidak akan memeiliki kesempatan untuk mencalonkan diri, karena begitu banyak uang yang diperlukan dalam permainan itu. Alhasil orang yang berkompetensi dan benar-benar memiliki kemampuan memajukan bangsanya terpaksa harus mundur teratur karena tidak memiliki modal. Tidak hanya aparatur negara bahkan sekolah tertentu pun uang mampu jadi tuan. Dan orang miskin yang cerdas tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi karena biaya yang mahal. Sedangkan kita juga sering menjumpai anak orang kaya sekolah hanya sekedar formlitas mendpatkan ijasah, Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Tapi mau tidak mau hal seperti itu sering kita jumpai,bukan? Hampir pergerakan negara  kita adalah mencari uang.



Anda kenal Gayus? koruptor pajak yang mampu keluar masuk penjara bahkan berlibur bersama keluarganya ke Bali dalam masa tahanan. Halo... Apa yang terjadi dengan negara kita? Hei aparat negara apa yang terjadi? lagi-lagi uang bermain. Betapa hebatnyas seorang tahanan mampu berlaku seperti di dalam hotel. Sudahkah anda bertanggung jawab dengan tugas dan jabatan anda? silahkan direnungkan. Anda mampu menciptakan peraturan kenapa anda sendiri tidak mampu mematuhi peraturan yang anda buat? lalu bagaimana negara lain takut dengan peraturan negra kita sementara mereka mampu membeli nyawa. Berapa banyak  Kikim dan Sumiati lain yang harus dikorbankan? hanya demi uang. Karena hampir setiap peristiwa penganiayaan akan berakhir dengan uang.

Seandainya bisa saya benar-benar ingin membenci uang tapi kenapa segala sesuatu dihargai dengan uang. Bahkan bencana alam pun butuh uang. Saya juga ingin mengingatkan pada PJTKI yang mengurus keberangkatan TKI ke Arab Saudi tolong jangan asal kirim, bekali mereka dengan ketrampilan yang memadai, jangan asal kirim manusia. Karena mereka berangkat untuk kerja sedangkan kemampuan mereka adalah modal utama. Siapa yang tahu bagaimana perangai dan tingkat kesabaran seseorang.  Saya sering mendengar bahwa orang yang mendaftar bekerja ke Arab justru akan mendapatkan uang sekitar Rp 500.000,- otomatis bagi orang-orang yang membutuhkan uang iming-iming itu menggiurkan. Selain itu masa keberangkatan tidak perlu menunggu lama hanya sekitar satu bulan, siapkah ketrampilan bahasa dan modal ketrampilan kerja mereka? tidak. Betapa gegabahnya berharap mendapat uang secepatnya tanpa bekal yang cukup. Mampukah kalian mengganti nyawa yang sudah melayang? dari semua keberuntungan itu seharusnya kita mampu membuka mata untuk saling menjaga, kenapa cenderung mencari keuntungan. Kenapa dalam segala hal memakai motif ekonomi? tidakkah bangsa kita benar-benar dalam keadaan memprihatinkan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar